Ahlul Bait
Dalam banyak referensi terutama yang berbahasa Arab, ada dua kata populer yang digunakan untuk menunjukkan keluarga Nabi. Pertama, menggunkan kata (ال) yang berarti keluarga. Kedua, (أهل البيت) menggunakan kata (أهل) artinya juga keluarga. Jika kita membaca atau mendengar kedua kata ini, berarti itu merujuk kepada keluarga Nabi.
Lalu, apa arti ahlul bait itu sendiri? Ahlul bait secara umum diartikan sebagai keluarga Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam. Namun ada makna yang lebih tepat untuk kita sematkan untuk makna ahlul bait.
Ahlul Bait adalah orang-orang eklusif bagi Nabi yang beliau cintai dan khususkan. Sebagaimana kita mencintai Rasulullah, kita juga wajib menghormati, memuliakan dan mencintai orang-orang tersebut. Keluarga Nabi adalah orang-orang pilihan yang telah Allah bersihkan dan sucikan mereka dari dosa, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam surah al-ahzab ayat 33.
Ahlul Bait merupakan orang-orang yang diperintahkan oleh Rasulullah untuk kita ikuti langkah-langkah mereka, terlebih lagi setelah Nabi wafat.
...Sesungguhnya aku telah meninggalkan bagi kalian dua yang berat, kitab Allah dan keluargaku, sesuangguhnya keduanya tidak akan berpisah hingga berjumpa keduanya denganku di telaga hauz di padang mahsyar kelak... (H.R Muslim 2408)
Mengapa Alquran dan keluarga nabi diistilahkan dengan kata 'dua yang berat' dalam hadits ini? Karena kedua hal ini adalah perkara yang besar, dan karena beratnya mengikuti Alquran dan keluarga nabi.
Kemudian, Ahlul bait adalah mereka yang mendapatkan 1/5 dari harta ghanimah (rampasan perang). Dijelaskan dalam Q.S Alhasyr ayat 7 dan Q.S Alanfal ayat 41.
Ciri ahlul bait berikutnya adalah orang-orang yang tidak boleh menerima zakat dan sedekah.
... Sesungguhnya keluarga Muhammad, tidak halal bagi kami sedekah... (H.R Bukhari 1491)
Keluarga Nabi juga merupakan mereka yang Allah muliakan dengan cara diwajibkan bagi kita untuk bershalawat kepada mereka dalam setiap shalat, dan merupakan rukun shalat, artinya kalau kita tidak bershalawat kepada mereka, shalat kita tidak sah.
Diriwayatkan oleh imam Tirmizi dan Hakim dkk dari Sa'ad bin Abi Waqas, ketika suatu ketika Nabi SAW harus bermubahalah dengan nasrani karena mereka tidak beriman, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi.
Tertuang dalam Q.S Ali Imran ayat 61 yang berisi agar Nabi dan pihak nasrani juga memanggil keluarga dan sanak saudara untuk menyaksikan mubahalah tersebut.
Lalu yang terjadi adalah Nabi SAW memanggil Sayyidina Ali, Sayyidah Fathimah, Hasan & Husein dua cucu beliau, kemudian nabi bersabda "Ya Allah ini keluargaku".
Dari hadits tersebut sudah mulai tampak bagi kita siapa yang dimaksud keluarga Nabi. Dalam kitab shahih muslim no. 2408 diriwayatkan oleh Zaid bin Arqam, ketika Nabi pulang dari haji wada' dan beristirahat di sumur khum.
Nabi SAW berkhutbah singkat yang intinya untuk berpegang kepada Alquran dan mengikuti keluarga Nabi dan memperhatikan keluarga beliau sampai mengulang tiga kali pesan tersebut, karena pada saat itu nabi sudah tau bahwa beliau akan segera wafat dan akan banyak fitnah terhadap keluarganya.
setelah khutbah itu, salah seorang jamaah haji bertanya kepada Zaid bin Arqam "Siapakah keluarga Nabi wahai Zaid? bukankan istri-istri nabi itu keluarga beliau? Zaid menjelaskan istri-istri nabi juga keluarga nabi tapi tidak berkaitan dengan ayat diatas.
Zaid bin Arqam menjelaskan bahwa keluarga nabi itu adalah mereka yang dilarang untuk menerima sedekah, diantaranya keluarga Sayyidina Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja'far dan keluarga Abbas.
Sampai disini dapat kita simpulkan bahwa kuluarga nabi di tingkat pertama yang diutamakan adalah Sayyidina Ali, Sayyidah Fathimah, Hasan & Husein dua cucu beliau, keempat orang ini juga digelar Ahlul Kasa'.
Kemudian di tingkat ke dua keluarga Nabi adalah istri-istri nabi, diikuti mereka yang diharamkan zakat dan sedekah atas mereka yaitu keluarga Sayyidina Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja'far dan keluarga Abbas.
Maka, anak keturunan dari 4 garis keluarga ini nantinya berpencar di seluruh dunia, mengalir dalam darah mereka darah Nabi SAW. Di Indonesia, kita kenal dengan gelar Habib, Sayyid, dan Syarif.
Wallhu A'lam...
Semoga bermanfaat,