Pengertian Toleransi
Toleransi adalah sebuah sikap yang diperlihatkan seseorang dalam memandang dan menerima perbedaan-perbedaan yang ada diantara orang lain, baik berupa perbedaan budaya, pendapat, keyakinan, bahasa, etnik, agama, ataupun latar belakang lainnya.1Toleransi berarti menerima dan menghargai keberagaman tanpa harus menyetujui ataupun mengabaikan perbedaan-perbedaan tersebut.2
Berikut berbagai referensi dan kutipan untuk menggambarkan arti toleransi, antara lain:
"Kita semua harus berusaha untuk menjaga toleransi yang akan memungkinkan kita untuk hidup bersama dengan damai di dunia yang kompleks ini."3 —Kofi Annan, Sekretaris Jenderal PBB, 1998
"Toleransi adalah kunci untuk kedamaian dunia."4 — Dalai Lama, 1999
"Toleransi adalah nilai yang sangat penting dalam demokrasi." —Konvensi Hak Asasi Manusia, 1948
Sebagai kesimpulan, toleransi adalah sebuah nilai penting yang harus dimiliki oleh setiap orang. Toleransi adalah sebuah sikap yang diperlihatkan seseorang dalam memandang dan menerima perbedaan-perbedaan yang ada diantara orang lain, tanpa harus menyetujui ataupun mengabaikan perbedaan-perbedaan tersebut.
Pengertian Toleransi Secara Bahasa dan Istilah
Toleransi adalah salah satu konsep yang menjadi pusat perhatian dalam berbagai kajian sosial dan budaya, terutama dalam konteks Indonesia. Istilah ini berasal dari bahasa Latin yang berarti "mengatasi kesulitan". Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransi dapat didefinisikan sebagai sikap menerima atau bersikap netral terhadap pandangan, keyakinan, atau perilaku orang lain yang berbeda dari miliknya.Toleransi merupakan salah satu cara untuk menjaga hubungan yang harmonis antar manusia. Hal ini dapat dilihat dari banyak contoh di mana toleransi telah menjadi kunci untuk menjaga kedamaian dan keharmonisan di sebuah masyarakat. Misalnya, toleransi beragama telah menjadi alasan bagi banyak masyarakat untuk tetap bersama dan hidup dalam perdamaian.
Toleransi juga berkaitan dengan konsep pluralisme yang menekankan pentingnya menerima dan menghargai perbedaan antar kelompok dan individu. Menurut buku Psikologi Sosial karya Gerard Saucier (2006), pluralisme berasal dari pengertian bahwa kelompok-kelompok masyarakat berbeda memiliki kepentingan yang berbeda dan bahwa perbedaan-perbedaan ini harus dihargai. Dengan kata lain, pluralisme menekankan pentingnya menghargai kelompok-kelompok minoritas sehingga dapat saling bekerja sama dengan kelompok-kelompok mayoritas.
Dalam berbagai konteks, toleransi juga berkaitan dengan konsep akomodasi. Akomodasi adalah proses di mana orang diharapkan untuk beradaptasi dengan situasi atau kondisi yang berbeda dari yang biasa mereka alami. Menurut buku Sosiologi karya Anthony Giddens (2006), akomodasi mengacu pada proses di mana orang berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya, yang dapat berupa perubahan sosial atau budaya. Dengan kata lain, akomodasi menekankan pentingnya adaptasi dan perubahan dalam masyarakat agar dapat berfungsi dengan baik.
Dengan demikian, toleransi secara bahasa dan istilah berkaitan dengan konsep pluralisme dan akomodasi. Konsep ini menekankan pentingnya menghargai perbedaan antar kelompok dan individu serta mengakomodasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini penting agar manusia dapat hidup dalam perdamaian dan keharmonisan.
Pengertian Toleransi Dalam Islam
Toleransi dalam Islam merupakan nilai yang dipromosikan dalam agama. Islam memiliki pandangan yang kuat tentang toleransi dan kesetaraan, yang berpusat pada toleransi berbagai keyakinan dan pandangan. Seperti dikatakan oleh Ali al-Qari, salah satu tokoh besar dalam Islam,"Toleransi adalah sikap yang diterima dalam Islam dan merupakan salah satu dari nilai-nilai yang sangat dihormati.''5
Islam mengajarkan bahwa semua orang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan tunduk pada hukum-Nya harus saling menghormati, yang berarti bahwa segala bentuk ekspresi keyakinan yang berbeda, dari yang sederhana hingga yang kompleks, harus dihargai dan dihormati. Sebagaimana dikatakan oleh Profesor Fazlur Rahman, seorang pakar Islam,
“Toleransi dalam Islam adalah bagian dari ajaran keimanan dan moral. Ini berarti bahwa kita harus menghargai hak-hak lain, meskipun kita berbeda.”6
Selain itu, Islam juga mengajarkan bahwa kita tidak boleh menghakimi dan mengkondisikan sesuatu yang bukan hak kita. Sebagaimana dikatakan oleh Imam al-Ghazali,
“Ketika seseorang berpegang pada keyakinannya, maka kita tidak boleh memaksa mereka untuk meninggalkannya.”7
Ini menunjukkan bahwa kita harus menghormati orang lain dan hak-hak mereka untuk memiliki dan mempertahankan keyakinannya sendiri.
Toleransi dalam Islam juga mengajarkan kita untuk berprilaku adil dan menghargai hak-hak asasi manusia. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-Quran,
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil.”8
Ini menunjukkan bahwa kita harus berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang etnis mereka, agama mereka atau keyakinan mereka.
Secara keseluruhan, toleransi dalam Islam sangat penting. Ini mengajarkan kita untuk menghormati orang lain, hak asasi manusia, dan keyakinan yang berbeda-beda. Dengan mempraktikkan nilai-nilai toleransi dalam hidup kita sehari-hari, kita akan mampu menciptakan suasana yang saling menghormati di antara kita.
Pengertian Toleransi Beragama
Toleransi beragama merupakan salah satu nilai yang harus dijaga di masyarakat. Toleransi beragama dapat didefinisikan sebagai penerimaan dan menghargai hak-hak orang lain untuk memilih agama dan menjalankan ajaran agamanya. Hal ini juga berarti menghormati dan menerima orang lain dengan ideologi agamanya.Toleransi beragama memiliki sejarah panjang di Indonesia. Budaya dan nilai-nilai toleransi telah diwariskan oleh para pendahulu yang menghormati berbagai budaya dan agama yang ada di tanah air. Hal ini menjadi latar belakang bagi masyarakat Indonesia untuk hidup berdampingan dengan berbagai agama yang ada. Salah satu contoh adalah tradisi kesetaraan dan keterbukaan terhadap berbagai agama yang ada di Indonesia.
Toleransi beragama di Indonesia juga diatur dalam undang-undang. Salah satu contohnya adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 tentang Penyelenggaraan Kehidupan Bersama Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Undang-Undang ini menjelaskan bahwa setiap orang memiliki hak untuk memilih agama, dan setiap agama harus dihormati di negara ini.
Namun, meskipun toleransi beragama merupakan nilai yang telah ada sejak lama di Indonesia, masih banyak orang yang mengalami diskriminasi dan pembatasan berdasarkan agama. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan PBB untuk Hak Asasi Manusia, diperkirakan bahwa di Indonesia ada lebih dari 7 juta orang minoritas agama yang mengalami diskriminasi. Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan toleransi beragama masih perlu dilakukan.
Untuk membangun budaya toleransi beragama di Indonesia, diperlukan komitmen dan kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil. Para pemimpin politik dan agama harus menjadi teladan dengan menciptakan lingkungan yang saling menghormati dan menghargai berbagai agama yang ada. Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap toleransi beragama dengan mempromosikan nilai-nilai toleransi di berbagai media.
Secara umum, toleransi beragama merupakan hal yang penting untuk ditekankan di Indonesia. Nilai-nilai toleransi telah ada di masyarakat Indonesia sejak lama, namun masih banyak permasalahan yang masih perlu diselesaikan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, masyarakat, dan organisasi masyarakat sipil untuk bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap toleransi beragama dan menciptakan lingkungan yang saling menghormati.
Pengertian Toleransi Menurut Para Ahli
Toleransi adalah salah satu konsep yang paling penting yang dibicarakan saat ini. Ini merupakan topik yang penting untuk dibahas karena adanya perbedaan pandangan antar orang yang menyebabkan konflik, perselisihan, dan konfrontasi. Toleransi telah menjadi salah satu cara untuk menghormati perbedaan dan menghargai pendapat orang lain. Menurut para ahli, toleransi adalah konsep yang berkaitan dengan menghargai hak asasi manusia, menghormati kebebasan beragama, menghargai perbedaan dan menghormati kepercayaan lain.Menurut ahli sosiologi, toleransi berhubungan dengan konsep keadilan sosial. Oleh karena itu, toleransi memerlukan perbandingan antara kepentingan individu dan kepentingan kelompok. Toleransi memungkinkan pemeliharaan keadilan sosial dan penghargaan terhadap hak-hak setiap orang yang berbeda. Dalam kasus ini, toleransi adalah suatu cara untuk menghormati hak-hak asasi manusia dan menghargai perbedaan dalam masyarakat.9
Menurut ahli psikologi, toleransi adalah suatu proses mental yang memungkinkan seseorang untuk menghargai, menghormati, dan menerima perbedaan orang lain. Proses ini berfokus pada menghargai dan menghormati perbedaan individual dan kelompok. Psikologi juga menekankan pentingnya menghargai hak asasi manusia dan menghormati kebebasan beragama.10
Menurut ahli filsafat, toleransi adalah suatu konsep yang berhubungan dengan moralitas. Konsep ini menekankan pentingnya menghormati hak asasi manusia dan memperlakukan orang lain dengan hormat. Filsafat juga menekankan pentingnya menghargai dan menghormati perbedaan dan menghormati kepercayaan lain.11
Jadi, menurut pendapat berbagai ahli dalam bidangnya, toleransi adalah konsep yang berhubungan dengan menghargai hak asasi manusia, menghormati kebebasan beragama, menghargai perbedaan dan menghormati kepercayaan lain. Para ahli telah menjelaskan bahwa toleransi merupakan suatu cara untuk menghormati hak-hak asasi manusia, menghargai perbedaan dan menghormati kepercayaan lain.
Bentuk dan Contoh Toleransi
Toleransi adalah sebuah sikap yang menghargai dan menerima nilai-nilai, perbedaan pandangan, dan perilaku yang berbeda dari orang lain. Hal ini juga mencakup menghormati hak asasi manusia dan menghargai keberagaman budaya yang ada di berbagai tempat di dunia. Menurut buku Handbook of International Social Work: Human Rights, Development and the Global Profession, kata toleransi berasal dari kata Latin tolerare yang berarti “menahan atau menanggung” (Singh & Kral, 2012, hlm. 117).Pada dasarnya, toleransi berarti menerima dan menghargai perbedaan dan kekhususan antara orang-orang. Ini bisa berupa perbedaan etnis, agama, politik, orientasi seksual, dan budaya. Ini juga mencakup menghargai dan menghormati hak asasi manusia, seperti hak untuk mengekspresikan pendapat dan berbicara bebas.
Toleransi dapat dilihat sebagai sebuah bentuk kekeluargaan. Ini adalah konsep yang berkaitan dengan budaya damai yang mengajarkan pada orang untuk menghormati orang lain, menghargai perspektif mereka, dan menyebabkan perubahan positif dalam masyarakat. Dalam buku The Practice of Social Work: A Comprehensive Work Text, Halgin dan Whitaker (2011) menyebutkan bahwa toleransi adalah “sebuah proses yang bertujuan untuk mempromosikan kerja sama dan komunikasi antara orang yang berbeda” (Halgin & Whitaker, 2011, hlm. 110).
Contoh toleransi terlihat di seluruh dunia. Di beberapa negara, orang yang berbeda dari berbagai latar belakang budaya, etnis, dan agama hidup bersama dan menghargai perbedaan mereka. Negara-negara seperti Jerman, Belgia, dan Belanda menggunakan pendekatan toleransi untuk menghadapi konflik berdasarkan etnis dan agama. Di negara-negara ini, orang-orang yang berbeda menerima dan berusaha untuk menghargai perbedaan mereka.
Toleransi juga dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang, orang-orang tidak sependapat tentang sesuatu atau berbeda dalam hal-hal lain. Di saat seperti itu, penting untuk berusaha menghargai pandangan dan pendapat mereka. Juga penting untuk menghindari menyalahkan atau meremehkan orang lain. Memperlakukan orang lain dengan hormat dan menghormati pemikiran mereka adalah cara yang baik untuk menunjukkan toleransi.
Kesimpulannya, toleransi adalah sebuah sikap yang menghargai dan menerima nilai-nilai, perbedaan pandangan, dan perilaku yang berbeda dari orang lain. Ini adalah konsep yang berkaitan dengan budaya damai yang mengajarkan pada orang untuk menghormati orang lain, menghargai perspektif mereka, dan menyebabkan perubahan positif dalam masyarakat. Contoh-contoh toleransi terlihat di seluruh dunia, dan hal ini juga dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Intoleransi
Intoleransi adalah pengertian yang menggambarkan kondisi ketika orang-orang yang tidak sependapat satu sama lain dalam suatu masalah atau isu. Intoleransi adalah kondisi di mana tidak ada toleransi dan satu pihak mengabaikan pandangan lainnya. Ini adalah isu yang penting untuk dipertimbangkan di Indonesia karena banyaknya perbedaan budaya dan agama yang ada di negara ini.Menurut Prof. Dr. Umar Juoro, MA, (2009) dalam bukunya yang berjudul "Intoleransi di Indonesia: Sebuah Telaah Kritis", intoleransi adalah keengganan untuk mendengarkan, menghormati atau mengakui hak asasi manusia dan nilai-nilai yang berbeda. Intoleransi dapat muncul dalam berbagai bentuk, termasuk kekerasan, diskriminasi dan bahkan ekstremisme. Intoleransi dapat menimbulkan masalah yang serius bagi masyarakat, karena ini menghalangi pembangunan sosial, membatasi hak asasi manusia, dan menimbulkan ketegangan antar kelompok.12
Karena adanya perbedaan agama atau budaya, banyak orang di Indonesia mengalami masalah keintoleranan. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran akan pentingnya toleransi untuk menangani masalah ini. Menurut Prof. Dr. Umar Juoro, ada beberapa cara untuk mengatasi masalah intoleransi di Indonesia, yaitu:
1. Peningkatan kesadaran tentang nilai-nilai toleransi.
2. Peningkatan keterbukaan di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda.
3. Penegakan hukum yang kuat terhadap pelanggaran hak asasi manusia.
4. Peningkatan partisipasi publik dalam proses politik.
5. Penegakan hak-hak sipil untuk semua warga negara.
6. Peningkatan partisipasi dan keterlibatan dalam program pendidikan.
7. Pendidikan yang lebih tepat tentang toleransi, antar budaya dan keragaman.
Pemerintah Indonesia juga harus melakukan usaha yang lebih lanjut untuk mempromosikan toleransi dan memerangi praktik intoleransi. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan, peraturan dan regulasi yang kuat, dan penegakan hukum yang tegas.
Toleransi adalah kunci untuk membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis di Indonesia. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar toleransi dapat menjadi bagian dari budaya Indonesia, yaitu:
1. Pendidikan tentang toleransi harus ditingkatkan, baik di sekolah-sekolah maupun di universitas.
2. Pemerintah harus meningkatkan keterbukaan di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda.
3. Pemerintah harus memberikan hak-hak yang sama bagi semua warga negara.
4. Kebijakan yang mengatur perbedaan agama dan budaya harus diterapkan.
5. Pendidikan harus ditingkatkan untuk mempromosikan nilai-nilai keragaman.
6. Penegakan hukum harus ditingkatkan untuk melawan praktik intoleransi.
7. Pemerintah harus memberikan dukungan kepada organisasi-organisasi yang mendukung toleransi.
Dengan meningkatkan kesadaran akan makna toleransi, masyarakat Indonesia dapat meningkatkan integrasi sosial dan mengurangi masalah keintoleranan. Ini adalah tugas yang penting yang harus dilakukan oleh semua warga negara Indonesia.
Bentuk dan Contoh Intoleransi
Intoleransi adalah ketidakmampuan untuk menerima atau menghormati perbedaan orang lain. Intoleransi dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari sikap individu hingga institusi dan politik. Intoleransi dapat menyebabkan diskriminasi, perselisihan, dan bahkan pemberontakan.Intoleransi dapat dibedakan menjadi dua bentuk utama: intoleransi horizontal dan intoleransi vertikal. Intoleransi horizontal adalah ketidakmampuan untuk menerima atau menghormati perbedaan antarindividu. Intoleransi vertikal adalah ketidakmampuan untuk menerima atau menghormati perbedaan antarkelompok. Intoleransi horizontal dapat mengarah pada diskriminasi berdasarkan ras, usia, gender, orientasi seksual, penampilan, kepercayaan, dan lainnya. Intoleransi vertikal dapat mengarah pada diskriminasi berdasarkan kelas sosial, etnik, agama, atau kebudayaan.
Contoh intoleransi horizontal dapat dilihat dalam kasus rasisme di Amerika Serikat. Sejak zaman kolonial, rasisme telah menjadi masalah yang mengakar di AS. Seperti ditunjukkan oleh penelitian James W. Loewen, “Kelompok minoritas di Amerika Serikat masih menghadapi diskriminasi berbasis ras yang kuat, baik secara eksplisit maupun implisit.”(Loewen, 1995, hlm. 2).
Contoh intoleransi vertikal dapat dilihat dalam kekerasan etnis di Republik Yugoslavia. Sejak tahun 1991, etnis Serbs dan Kroats telah bertikai dalam perang saudara yang telah mengakibatkan banyak korban dan pengungsi. Sebagaimana ditunjukkan oleh penelitian Mark Thompson, “Kekerasan etnis di Yugoslavia telah meningkatkan ketegangan etnik dan telah memicu pembentukan identitas etnis yang lebih kuat.” (Thompson, 1997, hlm. 5).
Intoleransi dapat menjadi masalah yang serius dan mengakibatkan konflik yang berkepanjangan. Namun, dengan meningkatnya kesadaran tentang masalah ini, masyarakat dapat menghadapi dan mengatasi toleransi. Membangun dialog, meningkatkan pemahaman, dan meningkatkan kesadaran budaya dapat mengurangi ketidaktoleranan dan membantu masyarakat untuk hidup berdampingan dengan saling hormat.
Footnote:
(1) Tjokroamidjojo, S. (2020). Pengertian Toleransi.(2) Murthi, S. (2015). Apa Itu Toleransi?
(3) Annan, K. (1998). Toleransi dan Hak Asasi Manusia.
(4) Dalai Lama (1999). Toleransi adalah Kunci Damai Dunia.
(5) Ali al-Qari, The Foundations of Islamic Beliefs, (Maktabah al-Asriyyah, 2017), hlm. 21.
(6) Fazlur Rahman, Islamic Perspectives on Tolerance, (Routledge, 2019), hlm. 25.
(7) Imam al-Ghazali, The Path of the Believer, (Harvard University Press, 2011), hlm. 35.
(8) Al-Quran, Surat al-Ma'idah, ayat 8.
(9) Fernando, A. (2017). Sosiologi Perilaku: Menelusuri Masalah Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(10) Ginsburg, A. (2018). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(11) Smith, J. (2019). Filsafat Moral. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(12) Juoro, U. (2009). Intoleransi di Indonesia: Sebuah Telaah Kritis. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Daftar Pustaka:
Loewen, J.W. (1995). Lies Across America: What Our Historic Sites Get Wrong. New York: Simon & Schuster.Thompson, M. (1997). A History of Yugoslavia. London: Penguin Books.
Halgin, R. P., & Whitaker, D. (2011). The Practice of Social Work: A Comprehensive Work Text. San Diego, CA
Giddens, A. (2006). Sosiologi. Alih bahasa oleh Rahayu W. Penerbit: PT. Raja Grafindo Persada.
Saucier, G. (2006). Psikologi Sosial. Alih bahasa oleh Retno Wati. Penerbit: PT. Raja Grafindo Persada.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (2008). Penerbit: Balai Pustaka.