Teori Psikologi Psikoanalisis: Pengertian, Sejarah, Penerapan dan Kritik Terhadapnya

psikoanalisis

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, selamat datang kembali di blog sodiqi.com - pada kesempatan kali ini kita akan membahas salah satu teori dalam bidang ilmu psikologi, yaitu teori psikoanalisis.

Etimologi: Psikoanalisis secara bahasa 'psikoanalisis' berasal dari kata Yunani ψυχή (jiwa), yang berarti "pikiran" dan ανάλυσις (analisis), yang berarti "pecah, penyelidikan, atau analisis."

Terminologi: Psikologi psikoanalisis secara istilah adalah cabang psikologi yang berfokus pada proses mental bawah sadar dan efek psikologis dari pengalaman masa lalu. Ini didasarkan pada teori Sigmund Freud dan ahli teori psikoanalisis lainnya yang mengeksplorasi peran pikiran bawah sadar dalam memahami perilaku manusia.

Teori ini digunakan untuk mengobati gangguan psikologis dan untuk mengeksplorasi kompleksitas jiwa manusia. Istilah yang biasa digunakan dalam psikologi psikoanalisis meliputi ego, id, superego, ketidaksadaran, mekanisme pertahanan, transferensi, dan asosiasi bebas.

Psikologi psikoanalisis adalah aliran pemikiran yang berfokus pada pemahaman proses mental bawah sadar dan motivasi yang mendorong perilaku seseorang.

Psikologi psikoanalisis didasarkan pada teori Sigmund Freud dan berkaitan dengan mengeksplorasi peran pikiran bawah sadar, peran pengalaman anak usia dini, dan pentingnya mimpi dan fantasi dalam mempengaruhi perilaku.

Psikologi psikoanalisis juga menekankan pentingnya hubungan terapeutik dalam membantu individu mendapatkan wawasan motivasi bawah sadar mereka dan memodifikasi perilaku.

{tocify} $title={Daftar Isi}

Sejarah Psikologi Psikoanalisis

Psikologi psikoanalisis adalah teori psikoterapi yang dikembangkan oleh psikoanalis Austria Sigmund Freud pada akhir abad ke-19. Ini didasarkan pada premis bahwa proses mental yang tidak disadari memengaruhi perilaku seseorang.

Sigmund Freud mengembangkan konsep “psychic apparatus” yang terdiri dari tiga bagian utama: ego, id, dan superego. Ego adalah bagian sadar dan rasional dari kepribadian. Adapun, Id adalah bagian instingtual yang tidak disadari dari kepribadian sedangkan super ego adalah bagian moral yang berkembang sebagai hasil dari sosialisasi. Sigmund Freud percaya bahwa interaksi antara ketiga bagian kepribadian ini dapat menjelaskan perilaku seseorang.

Ide-ide Sigmund Freud dikembangkan lebih lanjut oleh murid-muridnya seperti Carl Jung dan Alfred Adler. Jung berfokus pada ketidaksadaran kolektif, tingkatan ketidaksadaran bersama di antara individu. Adler berfokus pada upaya individu untuk mencapai superioritas, sebuah konsep yang dikenal sebagai psikologi individu.

Pada awal abad ke-20, psikologi psikoanalisis dikembangkan lebih lanjut oleh psikoanalis seperti Karen Horney, Anna Freud, dan Melanie Klein. Karen Horney berfokus pada konsep analisis diri dan pentingnya lingkungan seseorang dalam membentuk kepribadiannya.

Anna Freud berfokus pada bagaimana pengalaman masa kecil dapat mempengaruhi perkembangan ego, id, dan superego. Terakhir, Melanie Klein memusatkan perhatian pada dunia batin anak dan interaksi dinamis antara ibu dan anak.

Pada tahun 1950-an dan 1960-an, psikologi psikoanalisis dikembangkan lebih lanjut oleh psikoanalis seperti Harold Searles, John Bowlby, dan Heinz Kohut. Searles berfokus pada pentingnya hubungan terapeutik dalam pengobatan penyakit mental.

Bowlby berfokus pada teori keterikatan dan pentingnya keterikatan anak usia dini dalam membentuk hubungan selanjutnya. Kohut berfokus pada kekuatan empati dan perannya dalam membantu individu sembuh dari trauma psikologis.

Pada akhir abad ke-20, psikologi psikoanalisis dikembangkan lebih lanjut oleh psikoanalis seperti Donald Winnicott, Heinz Kohut, dan Jacques Lacan. Winnicott berfokus pada pentingnya objek transisional dan kemampuan untuk menjadi kreatif dalam menghadapi kesulitan hidup.

Kohut berfokus pada konsep psikologi diri, yang menekankan pentingnya memahami harga diri dan kebutuhan psikologis seseorang. Jacques Lacan berfokus pada konsep ketidaksadaran dan peran bahasa dalam membentuk ketidaksadaran.

Saat ini, psikologi psikoanalisis masih digunakan sebagai metode psikoterapi dan digunakan dalam kombinasi dengan bentuk terapi lain seperti terapi perilaku kognitif, terapi psikodinamik, dan psikoterapi humanistik. Juga digunakan untuk memahami dan mengobati berbagai gangguan mental seperti kecemasan, depresi, gangguan makan, dan gangguan kepribadian.


Kontribusi Sigmund Freud Dalam Psikologi Psikoanalisis

Sigmund Freud adalah ahli dan ilmuwan psikologi yang secara luas dianggap sebagai bapak psikoanalisis dan salah satu pemikir paling berpengaruh di abad ke-20. Dia mengembangkan berbagai teori dan teknik yang telah menjadi landasan teori dan praktik dalam bidang psikologi. Temuannya memiliki dampak yang sangat besar pada bidang psikologi, psikiatri, dan psikoterapi.

Kontribusi Sigmund Freud untuk psikoanalisis meliputi teorinya tentang ketidaksadaran, mekanisme pertahanan, kompleks Oedipus, dan perkembangan psikoseksual. Dia juga mengembangkan teknik asosiasi bebas, interpretasi mimpi, dan pemindahan.

Sigmund Freud adalah orang pertama yang menyatakan bahwa kecemasan adalah emosi yang dapat digunakan untuk mendapatkan wawasan ke dalam pikiran bawah sadar. Dia juga banyak menulis tentang topik mimpi dan interpretasi mimpi. Karyanya sangat berpengaruh di bidang teori dan praktik psikoanalitik.


Perkembangan Teori Psikoanalisis

Perkembangan psikoanalisis sebagai bidang psikologi dimulai pada akhir abad ke-19 dengan karya pengamatan Sigmund Freud. Dia mengembangkan pendekatan unik untuk memahami pikiran manusia, dan metode psikoanalisisnya revolusioner pada masanya.

Sigmund Freud percaya bahwa proses mental bawah sadar adalah dasar dari banyak gangguan mental dan proses ini dapat dieksplorasi melalui penggunaan asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dia juga percaya bahwa penyelesaian masalah ini dapat mengarah pada pertumbuhan psikologis dan peningkatan fungsi psikologis.

Karya Freud kemudian diperluas oleh ahli psikoanalis lain seperti Carl Jung, Alfred Adler, dan Karen Horney. Para ahli teori ini mengembangkan pendekatan unik mereka sendiri untuk memahami ketidaksadaran, dan karya mereka telah membentuk bidang psikoanalisis dalam banyak cara.

Pada abad ke-20, psikoanalisis dikembangkan lebih lanjut oleh banyak aliran pemikiran yang berbeda. Ini termasuk teori hubungan objek, psikologi ego, psikologi diri, dan psikoanalisis interpersonal. Aliran pemikiran ini memiliki dampak signifikan pada perkembangan psikoanalisis, dan tetap populer hingga saat ini.

Psikoanalisis masih banyak digunakan saat ini dalam pengobatan penyakit mental, dan bidangnya terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan kebutuhan praktisi dan kliennya.


Konsep Inti Psikologi Psikoanalitik

Pikiran Bawah Sadar

Psikologi psikoanalisis adalah bentuk psikoterapi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Ini didasarkan pada gagasan bahwa proses dan motivasi mental yang tidak disadari dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku kita.

Sigmund Freud percaya bahwa pikiran bawah sadar adalah sumber dari banyak masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, fobia, dan masalah kesehatan mental lainnya. Dia percaya bahwa mengungkap dan memahami proses bawah sadar ini dapat membantu menyembuhkan gangguan psikologis.

Pikiran bawah sadar terdiri dari semua proses mental yang terjadi di luar kesadaran. Ini mencakup ingatan, pikiran, perasaan, dan perilaku yang berada di luar kesadaran. Pikiran bawah sadar juga mencakup proses yang digunakan untuk menekan atau menghindari pikiran dan perasaan yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman.

Psikoanalisis berfokus pada mengungkap proses pikiran alam bawah sadar ini untuk membantu pasien mendapatkan wawasan tentang perilaku dan perasaan mereka. Melalui pemahaman ini, klien kemudian dapat membuat keputusan yang lebih tepat dan menemukan kelegaan dari kecemasan yang mereka alami.

Baca Juga: Cara Menghilangkan Gangguan Kecemasan Yang Muncul Saat Hendak Tidur

Id, Ego, dan Superego

Id, ego, dan superego adalah tiga hal yang berbeda, namun berinteraksi dalam instrumen psikis yang didefinisikan dalam model struktural jiwa teori Sigmund Freud. Menurut model ini, id adalah sekumpulan keinginan naluriah yang tidak terkoordinasi; ego adalah bagian yang terorganisir dan realistis; dan superego memainkan peran kritis dan moralisasi.

Id adalah bagian impulsif dan tidak sadar dari pikiran kita yang beroperasi berdasarkan prinsip kesenangan. Id adalah sumber kebutuhan, keinginan, kemauan, dan dorongan tubuh kita, terutama dorongan seksual dan agresifitas kita.

Id tidak rasional, dan id merespons secara langsung dan segera terhadap naluri. Ini adalah bagian pikiran yang paling primitif, dan mencari kepuasan langsung dari keinginannya.

Ego adalah bagian pikiran kita yang rasional dan berorientasi pada realitas. Ego menyeimbangkan impuls irasional id dengan tuntutan dunia luar. Ego adalah bagian eksekutif dari jiwa dan tugasnya adalah untuk menemukan strategi yang masuk akal dan realistis untuk memenuhi kebutuhan id sambil mempertimbangkan realitas dunia luar.

Superego adalah bagian moralisasi dari pikiran yang menggabungkan standar dan cita-cita sosial baik dari dunia luar maupun internalisasi orang tua dan figur otoritas lainnya. Superego adalah bagian dari jiwa yang memungkinkan kita menilai perilaku kita dalam kaitannya dengan benar dan salah dan merasa bersalah dan malu ketika kita melanggar standar kita sendiri.

Superego adalah bagian dari diri kita yang memungkinkan kita menunda kepuasan dan memikirkan konsekuensi dari tindakan kita kedepan.

Mekanisme Pertahanan Dalam Psikoanalisis

Psikologi psikoanalisis adalah bentuk psikoterapi yang telah dikembangkan oleh Sigmund Freud dan psikoanalis lainnya. Teori ini didasarkan pada keyakinan bahwa motivasi dan konflik yang tidak disadari adalah penentu utama perilaku seseorang.
Psikoanalisis melibatkan ekspolarasi pikiran bawah sadar, dan menggunakan teknik seperti analisis mimpi, asosiasi bebas, dan pemindahan untuk mengungkap emosi dan pengalaman yang tertekan.

Mekanisme pertahanan adalah strategi psikologis yang digunakan oleh pikiran kita untuk melindungi diri dari kecemasan dan kesusahan yang dapat disebabkan oleh pikiran, perasaan, dan perilaku kita sendiri.

Mekanisme ini bisa dalam bentuk sadar atau tidak sadar, dan bisa adaptif atau mal-adaptif, tergantung pada konteks dan hasilnya. Mekanisme pertahanan psikolgis adalah bagian penting dari psikologi psikoanalisis, karena memungkinkan kita untuk mengatasi kesulitan dan kecemasan kita.


Mekanisme pertahanan yang paling umum digunakan dalam psikologi psikoanalisis meliputi:

• Penyangkalan: Menolak untuk menerima atau mengakui kenyataan dari suatu situasi.

• Proyeksi: Menghubungkan pikiran, perasaan, atau motif seseorang dengan orang lain atau situasi lain.

• Pembentukan reaksi: Menanggapi perasaan, pikiran, atau perilaku dengan lawan jenis.

• Pemindahan: Mengarahkan emosi ke sasaran yang tidak terlalu mengancam.

• Rasionalisasi: Membenarkan perilaku seseorang dengan penjelasan atau alasan logis.

• Intelektualisasi: Berpikir secara abstrak atau akademis tentang suatu situasi untuk menjauhkan diri darinya.

• Regresi: Mengmbalikan ke tahap awal perkembangan untuk menghadapi situasi saat ini.

• Sublimasi: Menyalurkan impuls atau emosi yang tidak dapat diterima ke dalam perilaku yang dapat diterima secara sosial.

• Identifikasi: Mengenali ciri-ciri orang atau kelompok lain untuk menghadapi situasi yang sulit.

• Kompensasi: Menutupi kekurangan yang nyata atau yang dirasakan di satu bidang dengan unggul di bidang lain.

• Humor: Menggunakan humor untuk membelokkan emosi atau situasi yang tidak nyaman.

Mekanisme pertahanan psikologis ini memberi kita cara untuk mengatasi kecemasan kita, dan bisa sangat membantu dalam proses psikoterapi. Namun, mekanisme ini juga bisa menjadi tidak sehat jika digunakan terlalu sering atau tidak tepat.

Penting untuk konsultasi dengan terapis untuk mengidentifikasi kapan mekanisme pertahanan mungkin menghalangi kemajuan dalam psikoterapi, dan untuk mempelajari cara menggunakannya dengan lebih tepat.


Penerapan Psikologi Psikoanalisis

Terapi Psikoanalitik

Terapi psikoanalitik adalah jenis psikoterapi khusus yang menggunakan teori psikoanalisis untuk mengobati gangguan mental dan emosional. Psikoanalisis adalah bentuk perawatan psikologis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud pada akhir abad ke-19 yang berfokus pada proses tidak sadar, seperti mimpi dan fantasi, sebagai cara untuk memahami perilaku dan emosi manusia.

Dalam terapi psikoanalitik, terapis bekerja sama dengan pasien untuk mendapatkan wawasan tentang pikiran dan perasaan bawah sadar mereka, juga untuk membantu pasien mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku dan perasaan mereka dan bagaimana mereka berhubungan dengan pengalaman awal mereka.

Tujuan dari terapi psikoanalitik adalah untuk membantu pasien mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang emosi dan perilaku mereka sendiri juga untuk membantu mereka mengembangkan cara yang lebih sehat untuk mengatasi stres dan kecemasan.

Terapis bekerjasama dengan pasien untuk membantu mereka memahami dampak dari pengalaman masa lalu dan sekarang pada perilaku dan keadaan emosi mereka saat ini. Terapis juga akan membantu pasien untuk mengeksplorasi dan memahami pikiran dan perasaan bawah sadar mereka.

Pendekatan psikoanalitik dapat digunakan untuk mengobati banyak masalah yang berbeda, termasuk depresi, kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif, fobia, trauma, dan masalah hubungan. Ini sering digunakan sebagai pengobatan jangka panjang, karena pasien dan terapis bekerja sama untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang masalah dan perilaku pasien.

Penerapan Psikoanalisis

Psikoanalisis adalah bentuk psikoterapi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Ini didasarkan pada gagasan bahwa perilaku kita dibentuk oleh kekuatan dan keinginan tak sadar, yang diyakini Sigmund Freud berakar pada pengalaman masa kecil kita dan perubahan batin kepribadian kita.

Psikoanalisis berusaha untuk membawa konflik dan keinginan yang tidak disadari ini ke permukaan, sehingga dapat dipahami dan diselesaikan.

Teknik utama psikoanalisis adalah " talking cure ", di mana pasien berbicara dengan terapis tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman mereka. Selama proses tersebut, pasien dan terapis dapat mengeksplorasi mimpi, fantasi, dan ingatan untuk mendapatkan wawasan ke dalam pikiran bawah sadar pasien. Terapis juga dapat mengajukan pertanyaan untuk membantu pasien mendapatkan wawasan tentang perilaku dan perasaan mereka.

Teknik lain yang digunakan dalam psikoanalisis termasuk asosiasi bebas, di mana pasien diminta untuk bebas mengungkapkan pikirannya tanpa hambatan. Terapis juga bisa menggunakan tehnik interpretasi mimpi, di mana mimpi pasien dianalisis untuk mencari petunjuk tentang motivasi dan keinginan bawah sadar mereka. Bisa juga dengan tehnik pemindahan, di mana pasien mengembangkan hubungan emosional dengan terapis.

Psikoanalisis adalah proses jangka panjang yang dapat memakan waktu beberapa tahun untuk mencapai hasil yang bertahan lama. Ini bukan perbaikan seperti membalikkan telapak tangan, tetapi dapat memberikan wawasan yang kuat dan membantu pasien mengembangkan mekanisme coping yang lebih sehat


Kritik Terhadap Psikologi Psikoanalitik

Kurangnya Bukti Empiris

Psikologi psikoanalitik telah memberi pengaruh besar di bidang psikologi, Teori ini juga menjadi subyek kritik karena kurangnya bukti empiris untuk mendukung klaimnya.

Salah satu kritik utama yang dilontarkan kepada psikologi psikoanalitik adalah tidak didasarkan pada bukti ilmiah. Teori ini dipandang spekulatif, dan tidak ada bukti empiris yang mendukung gagasan bahwa pikiran bawah sadar dapat memengaruhi perilaku atau pikiran.

Atas dasar ini menyebabkan beberapa psikolog langsung menolak ide tersebut, sementara yang lain berusaha memodifikasinya agar lebih sesuai dengan konsep ilmiah.

Selain itu, para kritikus berpendapat bahwa psikologi psikoanalitik terlalu bergantung pada interpretasi subjektif dari perilaku dan pikiran seseorang. Hal ini disebabkan karena analis diharapkan dapat menafsirkan apa yang dikatakan pasien dan menarik kesimpulan tentang kondisi mentalnya, berarti ada potensi bias dalam interpretasi, karena analis dapat dipengaruhi oleh keyakinan dan asumsi mereka sendiri atau pasien.

Beberapa kritikus berpendapat bahwa psikologi psikoanalitik terlalu terfokus pada individu dan tidak memperhitungkan konteks sosial yang lebih luas. Artinya, teori ini mungkin tidak dapat menjelaskan bagaimana faktor sosial yang lebih besar dapat memengaruhi perilaku dan pemikiran seseorang.

Psikologi psikoanalitik telah menjadi subjek kritik karena kurangnya bukti empiris. Meskipun teori tersebut punya pengaruh besar di bidang psikologi, penting untuk dicatat bahwa masih belum ada bukti ilmiah yang mendukung klaim teori psikologi psikoanalitik. Jadi, penting untuk mempertimbangkan teori alternatif saat menganalisis dan memahami perilaku diri sendiri atau orang lain.

Subjektivitas Interpretasi

Sifat subyektif dari interpretasi adalah salah satu kritik paling menonjol dari psikologi psikoanalitik. Kritik ini didasarkan pada fakta bahwa interpretasi didasarkan pada bias dan pengalaman subjektif psikoanalis itu sendiri, bukan fakta objektif.

Selain itu, dikatakan bahwa banyak interpretasi didasarkan pada teori analis sendiri, bukan bukti objektif, yang dapat menyebabkan kesimpulan yang tidak akurat atau bahkan salah. Selain itu, beberapa kritikus berpendapat bahwa karena interpretasinya subyektif, ada kekurangan ketelitian ilmiah dalam psikologi psikoanalitik.

Pada saat yang sama, beberapa orang berpendapat bahwa kritik ini agak salah arah, karena sifat subjektif dari interpretasi psikoanalitik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses terapi.

Menurut beberapa ahli teori psikoanalitik, interpretasi harus dipahami sebagai hipotesis daripada fakta keras, dan harus tunduk pada eksplorasi dan penyempurnaan lebih lanjut. Dalam pandangan ini, interpretasi tidak dianggap sebagai kebenaran absolut, melainkan sebagai titik awal untuk penyelidikan lebih lanjut ke dalam proses ketidaksadaran pasien.

Sifat subjektif dari interpretasi merupakan kritik penting terhadap psikologi psikoanalitik, karena interpretasi seringkali didasarkan pada bias dan pengalaman analis sendiri. Namun, kritik ini belum tentu benar, karena interpretasi harus dilihat sebagai hipotesis daripada fakta nyata, dan harus dieksplorasi dan disempurnakan lebih lanjut.


Kesimpulan

Psikologi psikoanalisis adalah salah satu instrumen yang ampuh untuk memahami dan menangani masalah psikologis, memberikan wawasan tentang proses psikologis bawah sadar yang mungkin merupakan akar dari kecemasan seseorang.

Psikologi psikoanalisis dapat digunakan untuk membantu seseorang untuk mendapatkan wawasan tentang diri mereka sendiri, perilaku mereka, dan motivasi mendasar di balik pikiran dan perasaan mereka.

Melalui eksplorasi dinamika bawah sadar dalam skema terapeutik, psikologi psikoanalitik dapat membantu individu memahami masa lalu, sekarang, dan masa depan mereka, dan pada akhirnya bergerak menuju kehidupan yang lebih seimbang dan baik.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama