Apa Praktik Pendidikan Saat Ini yang ‘Membelenggu’ Kemerdekaan Peserta Didik dalam

Apa Praktik Pendidikan Saat Ini yang ‘Membelenggu’ Kemerdekaan Peserta Didik dalam Belajar dengan Melihat Perjalanan Pendidikan Nasional Sebelum Kemerdekaan dan Sesudah Kemerdekaan?{alertSuccess}

Sodiqi - Pendidikan punya peranan strategis dalam membangun karakter dan kecerdasan bangsa. Dari masa sebelum kemerdekaan hingga era saat ini, sistem pendidikan Indonesia telah mengalami banyak perubahan.

Kendati demikian, ada aspek-aspek tertentu dalam praktik pendidikan saat ini yang dapat dianggap sebagai 'pembelenggu' terhadap kemerdekaan belajar peserta didik.

Pada kesempatan ini kita akan menelaah praktik-praktik tersebut dengan melihat perjalanan pendidikan nasional dari era sebelum kemerdekaan hingga saat sekarang ini.

{tocify} $title={table of contents}

Pendidikan Era Kolonial

Pada masa kolonial, pendidikan di Indonesia didominasi oleh kepentingan kolonial Belanda. Tujuannya lebih kepada menciptakan tenaga kerja yang siap pakai dan patuh, bukan mengembangkan potensi intelektual atau kreativitas. Sistem pendidikan kala itu bersifat elit dan eksklusif, hanya terjangkau bagi sebagian kecil masyarakat.


Pendidikan Pasca-Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan, Indonesia menghadapi tugas berat untuk membangun sistem pendidikan yang merdeka dan inklusif. Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter serta mengembangkan kecerdasan dan keterampilan peserta didik. Upaya-upaya ini terus berkembang hingga menciptakan sistem pendidikan yang lebih demokratis dan terbuka.


Praktik Pendidikan yang ‘Membelenggu’

Meskipun telah banyak kemajuan, masih ada praktik pendidikan yang dapat dianggap sebagai pembatasan terhadap kemerdekaan belajar peserta didik. Berikut adalah beberapa di antaranya:


1. Pendidikan yang Berorientasi pada Hasil Ujian

Pendidikan saat ini seringkali terfokus pada hasil ujian, yang menekankan pentingnya hafalan dan belajar untuk lulus ujian. Hal ini membatasi ruang gerak peserta didik untuk mengeksplorasi dan memahami materi secara mendalam. Belajar menjadi aktivitas yang monoton dan tidak menarik, mengurangi motivasi internal siswa untuk belajar.


2. Kurikulum yang Kaku

Kurikulum yang kaku dan tidak fleksibel membuat peserta didik terbatas dalam mengeksplorasi topik-topik yang menarik bagi mereka. Kurikulum yang seragam seringkali tidak mempertimbangkan keunikan dan kebutuhan belajar masing-masing peserta didik, mengurangi kesempatan untuk pembelajaran yang bermakna dan relevan dengan minat mereka.


3. Metode Pengajaran yang Otoriter

Metode pengajaran yang otoriter, di mana guru menjadi satu-satunya sumber pengetahuan, mengurangi kesempatan peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Metode ini cenderung mengabaikan pentingnya diskusi, tanya jawab, dan pembelajaran berbasis proyek yang dapat meningkatkan pemahaman dan keterlibatan siswa.


4. Penilaian yang Tidak Mencerminkan Kemampuan Sebenarnya

Sistem penilaian yang sering kali hanya berfokus pada aspek akademis tertentu, seperti hafalan atau kecepatan menyelesaikan soal, seringkali tidak mencerminkan kemampuan sebenarnya dari peserta didik. Hal ini mengabaikan aspek-aspek lain dari pembelajaran, seperti kreativitas, pemikiran kritis, dan keterampilan sosial.


5. Kurangnya Penghargaan terhadap Diversitas

Kurangnya penghargaan terhadap keberagaman budaya dan latar belakang peserta didik dalam sistem pendidikan juga dapat menjadi pembatas. Pendidikan yang tidak sensitif terhadap keberagaman dapat mengakibatkan peserta didik merasa tidak terwakili dan kurang termotivasi untuk belajar.


6. Tekanan Sosial dan Ekspektasi

Tekanan sosial dan ekspektasi yang tinggi terhadap prestasi akademis dapat membatasi kebebasan peserta didik dalam menjelajahi minat dan potensi mereka. Fokus yang berlebihan pada nilai dan ranking seringkali menimbulkan stres dan mengurangi kegembiraan dalam proses belajar.


7. Minimnya Sumber Daya dan Infrastruktur

Di beberapa daerah, kurangnya sumber daya dan infrastruktur pendidikan yang memadai dapat menghambat proses pembelajaran yang efektif. Kondisi ini membatasi akses peserta didik terhadap pendidikan berkualitas dan pengalaman belajar yang beragam.


8. Pendidikan yang Terpisah dari Realitas Sosial

Pendidikan yang tidak terintegrasi dengan realitas sosial dan kebutuhan masyarakat juga dapat menjadi pembatas. Ketika materi pembelajaran tidak relevan dengan kehidupan nyata, peserta didik mungkin merasa bahwa apa yang mereka pelajari tidak berguna atau tidak menarik.


Ikhtisar

Pendidikan nasional Indonesia telah melalui perjalanan yang panjang, dari era kolonial hingga kemerdekaan, dan terus berkembang hingga hari ini. Meskipun telah banyak kemajuan, masih ada praktik-praktik dalam sistem pendidikan saat ini yang dapat dianggap sebagai pembelenggu terhadap kemerdekaan belajar peserta didik.

Mengatasi tantangan-tantangan ini membutuhkan pendekatan yang holistik dan inklusif, yang tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga pengembangan keterampilan hidup, kreativitas, dan rasa keingintahuan.


Mempertimbangkan sejarah pendidikan nasional, untuk dapat lebih memahami bagaimana praktik-praktik tertentu telah berkembang dan bagaimana mereka dapat disempurnakan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih merdeka dan mendukung potensi penuh dari setiap peserta didik.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama