Sodiqi - Dalam ruang lingkup perekonomian, terdapat berbagai teori yang menjelaskan dinamika uang dan dampaknya terhadap perekonomian. Dua teori yang sering menjadi topik perbandingan adalah teori
Irving Fisher dan
teori Marshall-Pigou. Lewat tulisan ini kita akan mencoba menyelidiki perbedaan mendasar antara kedua teori ini.
{tocify} $title={Daftar Isi}Irving Fisher dan Teorinya
Irving Fisher, seorang ekonom Amerika, terkenal dengan kontribusinya pada analisis ekonomi kuantitatif. Salah satu sumbangannya yang paling terkenal adalah karya yang berjudul
“Equation of Exchange”, yang menjadi dasar teori kuantitas uang modern.
Menurut Fisher, hubungan antara jumlah uang yang beredar, kecepatan peredaran uang, jumlah transaksi, dan tingkat harga dapat dijelaskan melalui persamaan
MV = PT, di mana
M adalah jumlah uang yang beredar,
V adalah kecepatan peredaran uang,
P adalah tingkat harga, dan
T adalah jumlah transaksi.
Teori Marshall dan Pigou
Di samping itu,
Alfred Marshall dan A.C. Pigou, dua ekonom Inggris, memberikan perspektif berbeda dalam
teori kuantitas uang. Mereka berdua lebih menekankan pada analisis keseimbangan uang dan barang. Marshall memperkenalkan konsep permintaan uang untuk transaksi dan spekulasi, sedangkan Pigou lebih lanjut mengembangkan teori ini dengan memasukkan
“efek uang kas”. Mereka berargumen bahwa jumlah uang yang ditahan oleh individu dipengaruhi oleh tingkat harga dan tingkat bunga.
Perbedaan Mendasar Kedua Teori
Perbedaan utama antara teori Irving Fisher dan teori Marshall-Pigou terletak pada fokus analisis mereka. Fisher lebih menitikberatkan pada persamaan matematis dan hubungan proporsional antara variabel-variabel ekonomi. Sedangkan Marshall dan Pigou lebih menekankan pada perilaku seseorang dalam menentukan jumlah uang yang mereka tahan dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi perekonomian.
Pandangan Irving Fisher tentang Uang
Fisher berpendapat bahwa jumlah uang yang beredar memiliki hubungan langsung dengan tingkat harga. Dia menekankan bahwa perubahan dalam jumlah uang yang beredar akan secara proporsional mempengaruhi tingkat harga. Maksudnya, menurut Fisher, kebijakan moneter yang mengontrol jumlah uang yang beredar bisa secara efektif mengontrol inflasi atau deflasi.
Pandangan Marshall-Pigou tentang Uang
Marshall dan Pigou, di sisi lain, memberikan analisis yang lebih terfokus pada permintaan uang. Mereka berpendapat bahwa seseorang memutuskan jumlah uang yang mereka inginkan berdasarkan tingkat harga dan tingkat bunga. Perubahan dalam tingkat harga atau tingkat bunga akan mempengaruhi jumlah uang yang ditahan oleh seseorang, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan.
Implikasi Kebijakan Moneter
Dalam perspektif kebijakan moneter, teori Fisher menyarankan bahwa bank sentral dapat mengontrol inflasi dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Sebaliknya, teori Marshall-Pigou mengindikasikan bahwa kebijakan moneter harus mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti tingkat bunga dan preferensi likuiditas nasabah.
Kritik dan Masukan
Kedua teori ini telah menerima kritik dan dukungan dari berbagai ekonom lain. Beberapa mengkritik teori Fisher karena dianggap terlalu simplistik dan mengabaikan faktor-faktor lain seperti perilaku perorangan. Sebaliknya, teori Marshall-Pigou dikritik karena dianggap terlalu abstrak dan kurang memperhatikan faktor-faktor
makroekonomi.
Ikhtisar
Teori Irving Fisher dan teori Marshall-Pigou membangun perspektif berbeda tentang keterlibatan uang dalam perekonomian. Fisher menekankan pada analisis matematis dan hubungan proporsional antara jumlah uang yang beredar dengan tingkat harga. Sementara itu, Marshall dan Pigou lebih fokus pada perilaku perorangan dalam menentukan jumlah uang yang mereka tahan. Kedua teori ini punya implikasi yang berbeda dalam pembuatan kebijakan moneter dan tetap relevan dalam diskusi ekonomi kontemporer.