Sodiqi.com - Dalam dunia psikologi pendidikan, nama Jean Piaget dan Lev Vygotsky sering muncul sebagai dua teoretikus yang konsep-konsepnya telah mengubah cara kita memahami perkembangan kognitif anak.
Kedua psikolog ini, meskipun hidup di era yang berbeda dan memiliki latar belakang yang tidak sama, memberikan kontribusi besar terhadap pendidikan dan psikologi dengan teori mereka. Meskipun tujuan akhir mereka serupa (untuk memahami bagaimana anak belajar) pendekatan yang mereka gunakan untuk mencapai tujuan ini sangat berbeda.
Latar Belakang Teoritis: Piaget dan Konstruktivisme
Jean Piaget, lahir di Swiss pada tahun 1896, adalah seorang psikolog perkembangan yang teorinya tentang tahapan perkembangan kognitif anak telah mempengaruhi secara luas dunia pendidikan.Piaget berpendapat bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dengan lingkungan mereka dan melalui proses penyesuaian mental yang disebut asimilasi dan akomodasi. Konsep inti dari teori Piaget adalah bahwa anak-anak secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri yaitu sebuah proses yang dia sebut sebagai konstruktivisme.
Latar Belakang Teoritis: Vygotsky dan Sosio-kultural
Lev Vygotsky, lahir di Rusia pada tahun 1896, adalah seorang psikolog yang mengemukakan teori yang menekankan pengaruh lingkungan sosial dan budaya dalam pembelajaran.Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa anak-anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih cakap, proses yang ia sebut sebagai "zona perkembangan proksimal". Vygotsky menganggap bahasa sebagai alat utama dalam pembelajaran dan menekankan pentingnya dialog dalam proses pendidikan.
Sebaliknya, Vygotsky menempatkan lebih banyak tekanan pada pengaruh sosial dan budaya sebagai motor pembelajaran. Menurut Vygotsky, pengetahuan dikonstruksi sosial dan apa yang dipelajari anak sangat dipengaruhi oleh konteks budaya di mana mereka dibesarkan. Dia berpendapat bahwa pembelajaran terjadi ketika anak berinteraksi dalam aktivitas bersama dengan orang lain, terutama melalui bahasa.
Vygotsky, di sisi lain, tidak membagi perkembangan kognitif ke dalam tahapan yang tegas. Dia lebih fokus pada "zona perkembangan proksimal" (ZPD), yang dia definisikan sebagai jarak antara apa yang anak dapat capai sendiri dan apa yang bisa mereka capai dengan bantuan orang lain. ZPD menyoroti pentingnya scaffolding—yaitu bantuan atau dukungan yang disesuaikan yang diberikan kepada anak untuk membantu mereka mempelajari keterampilan atau konsep baru.
Piaget menekankan pada proses internal dan mandiri dalam pembelajaran, di mana anak dianggap sebagai individu yang aktif membangun pengetahuan melalui eksplorasi dan interaksi dengan lingkungannya. Teorinya yang berbasis tahapan perkembangan menunjukkan bahwa anak-anak melalui serangkaian perubahan kualitatif yang ditentukan oleh kesiapan kognitif mereka.
Sementara itu, Vygotsky memberikan peran yang lebih besar kepada lingkungan sosial dan budaya, menggambarkan bahwa pembelajaran adalah proses yang sangat sosial dan bergantung pada interaksi. Dengan zona perkembangan proksimal, dia menunjukkan bahwa bimbingan dan kolaborasi dengan orang lain yang lebih cakap dapat mempercepat dan memperdalam proses pembelajaran.
Meskipun berbeda, kedua teori ini tidak sepenuhnya bertentangan, melainkan saling melengkapi. Piaget memberikan kita pemahaman tentang struktur dasar proses kognitif, sementara Vygotsky melengkapi ini dengan wawasan tentang bagaimana konteks sosial dan budaya mempengaruhi dan memfasilitasi pembelajaran kognitif.
Perbedaan dalam Melihat Peran Lingkungan
Salah satu perbedaan paling signifikan antara Piaget dan Vygotsky adalah dalam cara mereka melihat peran lingkungan dalam pembelajaran. Piaget, meskipun mengakui pentingnya lingkungan, berpendapat bahwa pembelajaran didorong oleh inisiatif internal anak dalam mengatasi konflik kognitif atau apa yang dia sebut disequilibrium. Bagi Piaget, anak adalah ilmuwan kecil yang mencoba memahami dunia melalui eksplorasi dan percobaan sendiri.Sebaliknya, Vygotsky menempatkan lebih banyak tekanan pada pengaruh sosial dan budaya sebagai motor pembelajaran. Menurut Vygotsky, pengetahuan dikonstruksi sosial dan apa yang dipelajari anak sangat dipengaruhi oleh konteks budaya di mana mereka dibesarkan. Dia berpendapat bahwa pembelajaran terjadi ketika anak berinteraksi dalam aktivitas bersama dengan orang lain, terutama melalui bahasa.
Tahapan Perkembangan versus Zona Perkembangan Proksimal
Piaget terkenal dengan teorinya tentang tahapan perkembangan kognitif: sensorimotor, praeperasional, operasional konkrit, dan operasional formal. Tiap tahapan mencerminkan perubahan kualitatif dalam cara berpikir anak. Piaget percaya bahwa anak-anak tidak dapat memahami konsep tertentu sampai mereka mencapai tahap perkembangan yang sesuai.Vygotsky, di sisi lain, tidak membagi perkembangan kognitif ke dalam tahapan yang tegas. Dia lebih fokus pada "zona perkembangan proksimal" (ZPD), yang dia definisikan sebagai jarak antara apa yang anak dapat capai sendiri dan apa yang bisa mereka capai dengan bantuan orang lain. ZPD menyoroti pentingnya scaffolding—yaitu bantuan atau dukungan yang disesuaikan yang diberikan kepada anak untuk membantu mereka mempelajari keterampilan atau konsep baru.
Ikhtisar
Dalam memahami kontribusi Jean Piaget dan Lev Vygotsky terhadap teori pembelajaran, kita dapat melihat perbedaan mendasar dalam pendekatan mereka yang berakar pada bagaimana mereka melihat peran individu dan lingkungan dalam proses pembelajaran.Piaget menekankan pada proses internal dan mandiri dalam pembelajaran, di mana anak dianggap sebagai individu yang aktif membangun pengetahuan melalui eksplorasi dan interaksi dengan lingkungannya. Teorinya yang berbasis tahapan perkembangan menunjukkan bahwa anak-anak melalui serangkaian perubahan kualitatif yang ditentukan oleh kesiapan kognitif mereka.
Sementara itu, Vygotsky memberikan peran yang lebih besar kepada lingkungan sosial dan budaya, menggambarkan bahwa pembelajaran adalah proses yang sangat sosial dan bergantung pada interaksi. Dengan zona perkembangan proksimal, dia menunjukkan bahwa bimbingan dan kolaborasi dengan orang lain yang lebih cakap dapat mempercepat dan memperdalam proses pembelajaran.
Meskipun berbeda, kedua teori ini tidak sepenuhnya bertentangan, melainkan saling melengkapi. Piaget memberikan kita pemahaman tentang struktur dasar proses kognitif, sementara Vygotsky melengkapi ini dengan wawasan tentang bagaimana konteks sosial dan budaya mempengaruhi dan memfasilitasi pembelajaran kognitif.
Dalam praktik pendidikan, menggabungkan kedua perspektif ini dapat membantu pendidik merancang strategi yang lebih efektif yang tidak hanya menghormati tahapan perkembangan individu tetapi juga memanfaatkan kekuatan dari interaksi sosial dan pembelajaran kolaboratif.