Cara Menghindari Israf dan Tabzir dalam Kehidupan Sehari-hari

Sodiqi.com - Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai pilihan yang memengaruhi cara kita menggunakan sumber daya, baik itu waktu, uang, atau energi. Dua konsep yang penting untuk dipahami dalam konteks ini adalah israf dan tabzir.


Israf merujuk pada pemborosan atau penggunaan berlebihan yang tidak diperlukan, sementara tabzir lebih spesifik mengacu pada penyia-nyiaan sumber daya secara sia-sia. Meskipun keduanya memiliki kesamaan dalam hal pemborosan, israf lebih berkaitan dengan penggunaan yang berlebihan, sedangkan tabzir lebih tentang penggunaan yang tidak bermanfaat sama sekali.

Dalil Tentang Israf

Dalil tentang larangan israf atau berlebih-lebihan terdapat dalam Al-Qur'an, yaitu dalam surat Al-A'raf ayat 31 dan surat Al-An'am ayat 141.

Q.S Al-A'raf : 31

۞ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ

"Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan."

Tafsir Q.S Al-A'raf : 31
Pada ayat yang lalu Allah memerintahkan agar manusia berlaku adil dalam semua urusan, maka pada ayat ini Allah memerintahkan agar memakai pakaian yang baik dalam beribadah, baik ketika salat, tawaf, dan ibadah lainnya. Allah juga memerintahkan manusia untuk makan dan minum secukupnya tanpa berlebih-lebihan. Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus yaitu pakaian yang dapat menutupi aurat kalian atau bahkan yang lebih dari itu ketika kalian beribadah, sehingga kalian bisa melakukan salat dan tawaf dengan nyaman, dan lakukanlah itu pada setiap memasuki dan berada di dalam masjid atau tempat lainnya di muka bumi ini. Dalam rangka beribadah, Kami telah menyediakan makanan dan minuman, maka makan dan minumlah apa saja yang kamu sukai dari makanan dan minuman yang halal, baik dan bergizi, tetapi jangan berlebihan dalam segala hal, baik dalam beribadah dengan menambah cara atau kadarnya, ataupun dalam makan dan minum. Karena sungguh, Allah tidak menyukai, yakni tidak melimpahkan rahmat dan ganjaran-Nya kepada orang yang berlebih-lebihan dalam hal apa pun. Sumber: Quran Kemenag{alertSuccess}

Q.S Al-An'am : 141

۞ وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ جَنّٰتٍ مَّعْرُوْشٰتٍ وَّغَيْرَ مَعْرُوْشٰتٍ وَّالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا اُكُلُهٗ وَالزَّيْتُوْنَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَّغَيْرَ مُتَشَابِهٍۗ كُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖٓ اِذَآ اَثْمَرَ وَاٰتُوْا حَقَّهٗ يَوْمَ حَصَادِهٖۖ وَلَا تُسْرِفُوْا ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَۙ

"Dialah yang menumbuhkan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, serta zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya. Akan tetapi, janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."

Tafsir Q.S Al-An'am : 141

Dengan ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dialah yang menciptakan kebun-kebun yang menjalar dan yang tidak menjalar tanamannya. Dialah yang menciptakan pohon kurma dan pohon-pohon lain yang buahnya beraneka ragam bentuk warna dan rasanya. Seharusnya hal itu menarik perhatian hamba-Nya dan menjadikannya beriman, bersyukur dan bertakwa kepada-Nya. Dengan pohon kurma saja mereka telah mendapat berbagai macam manfaat. Mereka dapat makan buahnya yang masak tapi masih segar, yang manis rasanya dan dapat pula mengeringkannya sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama dan dapat dibawa ke mana pun dalam perjalanan serta tidak perlu dimasak lagi seperti masakan lainnya.

Bijinya dapat dijadikan makanan unta. Batang, daun, pelepah dan seratnya, dapat diambil manfaatnya. Kalau dibandingkan dengan pohon-pohon di Indonesia pohon kurma itu seperti pohon kelapa. Allah mengaruniakan pula pohon zaitun dan delima, ada yang serupa bentuk tapi beda rasanya. Allah membolehkan hamba-Nya menikmati hasil dari berbagai macam pohon dan tanaman itu sebagai karunia dari Allah. Maka tidak ada hak sama sekali bagi hamba-Nya untuk mengharamkan apa yang telah dikaruniakan-Nya. Karena Allah-lah yang menciptakan, Allah-lah yang memberi, maka Allah pulalah yang berhak mengharamkan atau menghalalkannya. Kalau ada di antara hamba-hamba-Nya yang mengharamkannya maka ia telah menganggap dirinya sama kedudukannya dengan Allah, dan orang-orang yang menaatinya berarti telah menyekutukan Allah dan inilah syirik yang tak dapat diragukan lagi. Maksud mengharamkan makanan di sini ialah menjadikannya haram untuk dimakan, bila dimakan tentu berdosa. Adapun melarang makanan karena alasan kesehatan, dilarang dokter atau karena sebab-sebab lain yang membahayakan, tidaklah termasuk syirik, karena kita diperintahkan Allah untuk menjauhkan diri dari bahaya.

Kemudian Allah memerintahkan untuk memberikan sebagian dari hasil tanaman diwaktu panen kepada fakir miskin, kaum kerabat dan anak yatim, untuk mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia. Ibnu Munẓir, Abu Syaikh dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abi Sa’īd al-Khudrī bahwa Rasulullah saw menafsirkan firman Allah: “وَاٰتُوْا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ” (al-An‘ām/6: 141) dengan, “berikan hak fakir miskin dari apa yang gugur dari tangkainya.” Artinya gugur ketika dipanen.
Dalam hal ini, Mujahid berkata, “Apabila kamu sedang panen dan datang orang-orang miskin, maka pukullah tangkai buah yang kamu panen itu dan berilah mereka apa yang jatuh dari tangkainya; apabila kamu telah memisahkan biji dari tangkainya maka berilah mereka sebagian dari padanya. Apabila engkau telah menampi membersihkan dan mengumpulkannya serta telah diketahui berapa banyak kadar nilai dari hasil panen itu, maka keluarkanlah zakatnya.”

Maimun bin Mihran dan Zaid bin al-A’ṣam meriwayatkan bahwa penduduk kota Madinah, bila mereka memanen kurma mereka membawa tangkai-tangkai kurma ke mesjid, lalu mereka letakkan di sana, maka berdatanganlah fakir miskin, lalu dipukulkannya tangkai kurma itu dan diberikannya kepada mereka kurma yang berjatuhan dari tangkainya. Menurut Sa’īd bin Jubair, hal ini berlaku sebelum turunnya perintah zakat. Orang-orang Arab selalu memberikan sebagian dari hasil tanamannya untuk makanan binatang, sedekah kepada anak yatim dan fakir miskin. Kebiasaan ini dilestarikan oleh Islam ketika memberlakukan wajib zakat (pada tahun kedua Hijriah dimana zakat hasil pertanian harus diberikan atau dikeluarkan segera begitu mereka panen, tanpa ditangguhkan).

Selanjutnya Allah melarang makan berlebih-lebihan, karena hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan dan dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit yang mungkin membahayakan jiwa. Allah Yang Maha Pengasih kepada hamba-Nya tidak menyukai hamba-Nya yang berlebih-lebihan itu. Sumber: Quran Kemenag{alertInfo}

Dampak Negatif Israf

Israf tidak hanya berdampak pada kehidupan pribadi, tetapi juga pada lingkungan dan masyarakat sekitar. Secara pribadi, israf dapat menyebabkan ketidakseimbangan keuangan dan stres karena pengeluaran yang tidak terkontrol. Misalnya, membeli barang-barang yang tidak diperlukan hanya karena tergoda oleh diskon atau iklan dapat menguras tabungan dan menimbulkan masalah keuangan di masa depan.

Di tingkat yang lebih luas, israf dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Penggunaan energi yang berlebihan, misalnya, berkontribusi pada pemanasan global dan penipisan sumber daya alam. Selain itu, israf dalam konsumsi makanan dapat menyebabkan pemborosan sumber daya pertanian dan meningkatkan limbah makanan, yang pada akhirnya berdampak negatif pada lingkungan.

Cara Menghindari Israf

Untuk menghindari israf, kita perlu mengontrol perilaku dan kebiasaan sehari-hari. Pertama, penting untuk mengevaluasi kebutuhan versus keinginan. Sebelum membeli sesuatu, tanyakan pada diri sendiri apakah barang tersebut benar-benar diperlukan atau hanya sekadar keinginan sesaat. Dengan cara ini, kita dapat mengurangi pembelian yang tidak perlu dan menghemat sumber daya.


Kedua, kontrol israf dalam berbicara juga penting. Berbicara terlalu banyak tanpa makna atau menyebarkan informasi yang tidak berguna dapat dianggap sebagai bentuk israf. Sebaiknya, kita berbicara dengan bijak dan hanya mengucapkan hal-hal yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Hikmah dari menghindari israf adalah kita dapat hidup lebih sederhana dan bermakna. Dengan mengurangi pemborosan, kita dapat mengalokasikan sumber daya untuk hal-hal yang lebih penting, seperti menabung untuk masa depan atau membantu orang lain yang membutuhkan.

5 Contoh Perilaku Israf

1. Membeli Barang yang Tidak Diperlukan
Membeli barang hanya karena tergoda oleh diskon atau iklan, padahal barang tersebut tidak benar-benar dibutuhkan.

2. Menggunakan Energi Berlebihan
Menyalakan lampu, AC, atau peralatan elektronik secara terus-menerus meskipun tidak digunakan, seperti membiarkan lampu menyala di siang hari atau AC tetap hidup di ruangan kosong.

3. Membuang Makanan
Menyajikan atau membeli makanan dalam porsi berlebihan, lalu membuang sisa makanan yang tidak habis dimakan.

4. Penggunaan Air yang Berlebihan
Mandi atau mencuci dengan air yang mengalir terus-menerus tanpa kontrol, atau membiarkan keran air terbuka saat tidak digunakan.

5. Berbelanja Secara Impulsif
Membeli barang-barang mewah atau mahal hanya untuk menunjukkan status sosial, padahal barang tersebut tidak memiliki nilai fungsional yang signifikan.

Cara Menghindari Tabzir

Tabzir, atau penyia-nyiaan sumber daya, dapat dihindari dengan beberapa langkah praktis. Pertama, kita perlu memahami bahwa setiap sumber daya yang kita miliki memiliki nilai dan harus digunakan dengan bijak. Misalnya, air adalah sumber daya yang vital, dan membiarkan keran terbuka saat tidak digunakan adalah bentuk tabzir yang harus dihindari.

Kedua, kita dapat mempraktikkan prinsip daur ulang dan penggunaan kembali. Alih-alih membuang barang yang sudah tidak terpakai, kita bisa mencari cara untuk mendaur ulang atau memanfaatkannya kembali. Misalnya, botol plastik bekas bisa diubah menjadi pot tanaman atau wadah penyimpanan.

Selain itu, penting untuk merencanakan penggunaan sumber daya dengan baik. Misalnya, dalam hal makanan, kita bisa membuat daftar belanja dan hanya membeli apa yang benar-benar diperlukan. Dengan cara ini, kita dapat mengurangi limbah makanan dan memastikan bahwa setiap bahan yang kita beli digunakan secara optimal.

5 Contoh Perilaku Tabzir

1. Membuang Barang yang Masih Bisa Dipakai
Membuang barang-barang seperti pakaian, elektronik, atau perabot yang sebenarnya masih bisa digunakan atau diperbaiki.

2. Menyia-nyiakan Waktu
Menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak produktif, seperti terlalu lama bermain media sosial atau menonton konten yang tidak bermanfaat.

3. Membuang Sumber Daya Alam
Menebang pohon secara sembarangan tanpa rencana reboisasi, atau menggunakan bahan bakar secara boros tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan.

4. Membuang Makanan yang Masih Layak Konsumsi
Membuang makanan yang sebenarnya masih layak dimakan hanya karena tampilannya kurang menarik atau sudah mendekati tanggal kedaluwarsa padahal masih aman.



5. Penggunaan Bahan Bakar yang Tidak Efisien
Menggunakan kendaraan pribadi untuk jarak dekat yang sebenarnya bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau bersepeda, sehingga menyebabkan pemborosan bahan bakar.

Ikhtisar

Menghindari israf dan tabzir bukan hanya tentang menghemat sumber daya, tetapi juga tentang hidup dengan kesadaran dan tanggung jawab. Dengan mengurangi pemborosan, kita tidak hanya menguntungkan diri sendiri tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan lingkungan dan masyarakat sekitar. Hidup sederhana dan bijaksana dalam menggunakan sumber daya adalah langkah kecil yang dapat membawa dampak besar bagi kehidupan kita dan dunia sekitar.

Dengan menerapkan langkah-langkah praktis ini, kita dapat menciptakan gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan bermakna. Mari kita mulai dari hal-hal kecil sehari-hari untuk menghindari israf dan tabzir, demi masa depan yang lebih baik bagi kita semua.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama