Media Sosial Memungkinkan Terjadinya Interaksi Sosial yang Mengarah pada Munculnya Akhlak Tercela seperti Fitnah dan Ghibah

Media sosial memungkinkan terjadinya interaksi sosial yang mengarah pada munculnya akhlak tercela seperti fitnah dan ghibah. Dua bentuk akhlak ini dalam beberapa berita di media massa mengancam harmoni kehidupan masyarakat. Ancaman ini terjadi karena .... {alertInfo}

Opsi Jawaban:

(A) Kontak sosial primer di antara pengguna media sosial
(B) Adanya proses empati dan simpati yang tidak tepat
(C) Beredarnya informasi yang bersifat menyesatkan
(D) Kemampuan masyarakat untuk mereproduksi konten

Jawaban Paling Benar: (C) Beredarnya informasi yang bersifat menyesatkan

Penjelasan:

Fitnah dan ghibah di media sosial sering muncul karena informasi yang tidak akurat atau sengaja dipelintir tersebar cepat tanpa verifikasi. Konten menyesatkan ini bisa berupa hoaks, narasi provokatif, atau berita yang diambil sebagian untuk memicu konflik.

Photo by Fotos on Unsplash

Ketika informasi tersebut dikonsumsi oleh publik, banyak orang langsung bereaksi emosional tanpa memeriksa kebenarannya. Akibatnya, fitnah (menyebar kebohongan) dan ghibah (membicarakan keburukan orang lain) menjadi praktik yang merusak kepercayaan antarindividu maupun kelompok.

Mengapa Opsi Lain Kurang Tepat?

(A) Kontak sosial primer: Media sosial justru mengandalkan interaksi sekunder (tanpa tatap muka). Kontak primer (langsung) tidak menjadi penyebab utama masalah ini.

(B) Empati/simpati tidak tepat: Meskipun empati bisa salah arah, ini lebih berkaitan dengan respons individu, bukan akar penyebab maraknya fitnah.

(D) Reproduksi konten: Kemampuan masyarakat memperbanyak konten memang memperparah persebaran fitnah, tapi ini adalah efek lanjutan, bukan penyebab utamanya.

Ikhtisar

Inti masalahnya ada pada kualitas informasi yang beredar. Informasi menyesatkan ibarat bahan bakar yang memicu reaksi berantai: dari kebencian, prasangka buruk, hingga perpecahan sosial. Tanpa kontrol terhadap konten palsu, harmoni masyarakat terus terancam.

Oleh karena itu, literasi digital dan sikap kritis dalam menyaring informasi menjadi kunci mencegah akhlak tercela di ruang online.

Jadi, jawaban (C) paling tepat karena langsung menyinggung akar masalah: informasi menyesatkan yang memicu perilaku merusak.


Perbedaan Fitnah dan Ghibah

Secara etimologi, kata fitnah berasal dari bahasa Arab fatana yang berarti "cobaan" atau "ujian", namun dalam konteks sosial, maknanya berkembang menjadi penyebaran berita bohong untuk memecah hubungan. Sementara ghibah berasal dari kata ghaaba (menghilang), merujuk pada kebiasaan membicarakan keburukan orang lain saat mereka tidak ada.

Dalam terminologi agama, fitnah diartikan sebagai tindakan sengaja menciptakan informasi palsu untuk merusak reputasi seseorang, sedangkan ghibah adalah mengungkap aib atau kekurangan orang lain—meski faktanya benar—tanpa tujuan yang dibenarkan. Keduanya sama-sama merusak, tapi motif dan caranya berbeda.

Perbedaan utama terletak pada kebenaran informasi dan tujuan pelaku. Fitnah bersifat intentional deception (kebohongan disengaja) untuk menciptakan konflik atau menjatuhkan korban. Contohnya, menyebar rumor palsu bahwa seseorang mencuri uang padahal tidak.

Photo by Filip Mishevski on Unsplash

Ghibah lebih ke truthful but harmful disclosure (mengungkap fakta yang merugikan), seperti membahas keburukan fisik atau kesalahan masa lalu seseorang di belakang mereka. Fitnah menciptakan kerusakan dari kebohongan, sementara ghibah memanfaatkan informasi nyata yang seharusnya tidak disebarluaskan.

Dampak sosialnya pun berbeda. Fitnah bisa memicu permusuhan massal karena memanipulasi persepsi publik, sedangkan ghibah lebih sering merusak hubungan personal dan menumbuhkan prasangka. Misalnya, fitnah tentang penistaan agama bisa memicu kerusuhan, sementara ghibah tentang tetangga yang pelit hanya merusak kepercayaan di lingkaran kecil. Solusi dari kedua hal ini adalah dengan Tabayyun!

Kendati demikian, keduanya sama-sama mengikis keharmonisan karena melanggar prinsip menghormati privasi dan menjaga lisan. Intinya, fitnah adalah senjata berbasis kebohongan, sedangkan ghibah adalah pengkhianatan berbasis kebenaran yang disalahgunakan.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama