Peng-hierarkian Nilai Atas Nilai material, Nilai Vital dan Nilai Kerohanian Dikemukan oleh?

Sodiqi.com - Dalam bidang filsafat nilai, konsep pengelompokan nilai menjadi hierarki tertentu telah menjadi bahan kajian yang menarik. Salah satu tokoh Indonesia yang memberikan kontribusi peng-hierarkian nilai atas nilai material, nilai vital dan nilai kerohanian dikemukan oleh Prof. Dr. (H.C.) Mr. Drs. Notonagoro.

Beliau dikenal sebagai ahli filsafat dan akademisi yang merumuskan peng-hierarkian nilai menjadi tiga kategori utama: nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian. Klasifikasi ini tidak hanya menggambarkan prioritas nilai dalam kehidupan manusia tetapi juga menjadi landasan untuk memahami bagaimana manusia menempatkan prinsip-prinsip hidupnya.

Nilai Material dan Contohnya

Nilai Material menjadi dasar pertama dalam hierarki Notonagoro. Nilai ini berkaitan dengan segala hal yang bersifat fisik atau materi, seperti uang, properti, makanan, atau benda-benda lain yang memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Contoh nilai material menurut Notonagoro adalah kepemilikan rumah atau pakaian. Meski penting, nilai material tidak boleh dipandang sebagai tujuan akhir karena sifatnya yang terbatas dan mudah berubah. 

Notonagoro menegaskan bahwa material hanyalah alat untuk mendukung keberlangsungan hidup, bukan ukuran kebahagiaan sejati.

Nilai Vital dan Contohnya

Selanjutnya, nilai vital menempati posisi kedua dalam hierarki. Nilai ini mencakup segala sesuatu yang mendukung kelangsungan dan kualitas hidup manusia, seperti kesehatan, pendidikan, pekerjaan, atau hubungan sosial.

Contoh nilai vital menurut notonagoro, misalnya, kesehatan tubuh memungkinkan seseorang bekerja, sementara pendidikan membuka akses untuk mengembangkan potensi diri.

Notonagoro menekankan bahwa nilai vital berperan sebagai jembatan antara kebutuhan fisik (material) dan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Tanpa kesehatan atau pengetahuan, manusia kesulitan mencapai keseimbangan hidup.

Nilai Kerohanian dan Contohnya

Puncak hierarki ditempati oleh nilai kerohanian, yang mencerminkan aspek non-materi seperti moralitas, kejujuran, keadilan, cinta, dan spiritualitas. Nilai ini bersifat abstrak tetapi memiliki dampak paling mendalam dalam membentuk karakter manusia.

Menurut Notonagoro, nilai kerohanian menjadi fondasi kehidupan yang bermakna karena mengarahkan individu untuk bertindak berdasarkan prinsip kebaikan universal. Contoh nilai kerohanian menurut Notonagoro adalah seperti ketika seseorang memilih mengutamakan kejujuran meski berpotensi merugikan diri secara materi.

Ikhtisar

Teori hierarki nilai Notonagoro ini menawarkan perspektif bahwa manusia harus menyeimbangkan ketiga aspek tersebut, tetapi dengan prioritas yang jelas. Nilai material dan vital memang diperlukan, namun keduanya harus diarahkan untuk mendukung pencapaian nilai kerohanian.

Foto Prof. Dr. Notonagoro - Sumber: Museum Universitas Gadjah Mada

Dalam konteks modern, teori ini relevan untuk menjawab tantangan gaya hidup materialistis yang kerap mengabaikan dimensi spiritual. Misalnya, mengejar kekayaan tanpa memedulikan kesehatan atau integritas justru berpotensi menciptakan ketimpangan sosial dan krisis identitas.

Pemikiran Prof. Dr. Notonagoro ini tidak hanya penting dalam kajian filsafat, tetapi juga aplikatif dalam pendidikan, kebijakan publik, hingga pengambilan keputusan individu. Dengan memahami hierarki nilai, seseorang bisa lebih bijak menilai mana yang bersifat instrumental (sebagai sarana) dan mana yang bersifat intrinsik (sebagai tujuan). Hal ini sekaligus mengingatkan kita bahwa kemajuan peradaban tidak hanya diukur dari aspek materi, tetapi juga dari kedalaman nilai-nilai kemanusiaan yang dipegang teguh.

Dari pemaparan di atas, jelas bahwa Prof. Dr. Notonagoro telah memberikan kerangka berpikir yang holistik tentang makna nilai dalam kehidupan. Karyanya tetap menjadi referensi penting bagi siapa pun yang ingin memahami esensi kebahagiaan sejati, jauh melampaui sekadar kepemilikan benda atau status sosial.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama