Sodiqi.com - Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah ghibah dan kritik. Keduanya sama-sama melibatkan pembicaraan tentang orang lain, namun memiliki tujuan, cara, dan dampak yang berbeda. Sayangnya, banyak orang masih kesulitan membedakan keduanya.
Kita juga perlu belajar menerima kritik tanpa tersinggung. Jika seseorang memberi masukan dengan cara baik, anggap itu sebagai kesempatan introspeksi.
Tujuan:
Fokus Konten:
Tone dan Etika:
Dampak:
Contoh Kasus:
Padahal, memahami perbedaannya penting agar kita tidak terjebak dalam sikap merugikan orang lain atau kehilangan kesempatan untuk memberikan masukan yang bermanfaat.
Ghibah: Ketika Membicarakan Keburukan Tanpa Tujuan
Ghibah, atau bergosip, adalah aktivitas membicarakan keburukan, kekurangan, atau aib seseorang di belakangnya tanpa tujuan yang jelas. Dalam Islam, ghibah diibaratkan seperti “memakan bangkai saudara sendiri” karena sifatnya yang merendahkan dan tidak produktif.Contohnya, membahas kesalahan penampilan teman di depan orang lain hanya untuk bahan tertawaan, atau menyebarkan cerita pribadi seseorang tanpa izin.
![]() |
Ilustrasi Ghibah - Photo by Nguyễn Phúc on Unsplash |
Ghibah cenderung dilakukan dengan emosi negatif, seperti rasa iri, benci, atau ingin menjatuhkan. Dampaknya pun merusak hubungan, menimbulkan prasangka, dan merugikan harga diri orang yang dibicarakan.
Kritik: Menyampaikan Masukan demi Perbaikan
Sementara itu, kritik adalah bentuk penyampaian pendapat atau evaluasi terhadap sikap, karya, atau keputusan seseorang dengan tujuan membangun. Kritik yang sehat disampaikan secara objektif, fokus pada masalah (bukan pada pribadi), dan dilandasi niat baik.Misalnya, seorang atasan yang memberi masukan tentang kesalahan teknis dalam laporan karyawan agar pekerjaan berikutnya lebih baik.
Kritik juga bisa disampaikan secara privat untuk menghindari rasa malu. Kuncinya adalah keberanian mengungkapkan fakta, disertai solusi atau saran perbaikan.
Bagaimana Membedakannya?
Perbedaan utama terletak pada tiga aspek: tujuan, cara penyampaian, dan dampak. Ghibah dilakukan tanpa tujuan jelas, seringkali emosional, dan hanya berfokus pada kelemahan. Kritik ditujukan untuk memperbaiki, disampaikan dengan bahasa santun, dan mengutamakan fakta.Disamping itu, ghibah umumnya dilakukan di belakang orang yang dibicarakan, sedangkan kritik bisa disampaikan langsung atau melalui jalur yang tepat.
Perhatikan juga motivasi di baliknya. Jika Anda merasa ingin “meluapkan kekesalan” atau mencari dukungan agar orang lain ikut menyudutkan seseorang, itu cenderung ghibah.
Perhatikan juga motivasi di baliknya. Jika Anda merasa ingin “meluapkan kekesalan” atau mencari dukungan agar orang lain ikut menyudutkan seseorang, itu cenderung ghibah.
Sebaliknya, jika yang Anda rasakan adalah kepedulian untuk membantu seseorang berkembang, kemungkinan besar itu adalah kritik.
Mengapa Penting Menghindari Ghibah dan Menguasai Seni Kritik?
Ghibah meracuni lingkungan sosial karena menciptakan distrust dan permusuhan. Sementara kritik, jika disampaikan dengan tepat, justru memperkuat hubungan dan mendorong kemajuan.Misalnya, dalam tim kerja, kritik konstruktif bisa menjadi alat untuk meningkatkan kinerja. Sebaliknya, budaya ghibah akan membuat anggota tim saling curiga.
![]() |
Ilustrasi Suasana Debat - Photo by Evangeline Shaw on Unsplash |
Kita juga perlu belajar menerima kritik tanpa tersinggung. Jika seseorang memberi masukan dengan cara baik, anggap itu sebagai kesempatan introspeksi.
Kendati begitu, jika ada yang menyebarkan aib kita tanpa alasan jelas, itu adalah bentuk ghibah yang perlu dihadapi dengan bijak, entah dengan meluruskan fakta atau memaafkan.
Perbedaan Ghibah, Kritik, dan Review Produk di Media Sosial
Meski sama-sama melibatkan penilaian terhadap sesuatu atau seseorang, ghibah, kritik, dan review produk di media sosial memiliki batasan yang jelas. Berikut poin pembedanya:Tujuan:
- Ghibah bertujuan menyoroti kelemahan individu secara negatif, tanpa niat memperbaiki.
- Kritik ditujukan untuk memberi masukan pada sikap, karya, atau keputusan seseorang demi perbaikan.
- Review produk bertujuan memberikan penilaian objektif tentang barang/jasa untuk membantu calon pembeli membuat keputusan.
- Ghibah bersifat personal, seringkali membahas aib yang tidak relevan dengan konteks publik.
- Kritik berfokus pada perilaku atau hasil kerja yang bisa diubah.
- Review produk menganalisis kelebihan dan kekurangan barang berdasarkan pengalaman pengguna, tanpa menyerang pihak lain.
Tone dan Etika:
- Ghibah cenderung emosional, menggunakan bahasa tidak santun, dan disampaikan di belakang orang yang dibicarakan.
- Kritik idealnya disampaikan dengan sopan, disertai solusi, dan bisa dilakukan secara langsung atau privat.
- Review produk di media sosial seharusnya faktual, tidak mengandung fitnah, dan menghindari kata-kata menghina (misal: "Produk ini jelek, penjualnya pasti curang").
Dampak:
- Ghibah merusak reputasi individu dan menciptakan konflik.
- Kritik membuka ruang perbaikan dan kolaborasi.
- Review produk memengaruhi keputusan pembelian dan membantu produsen meningkatkan kualitas.
Contoh Kasus:
- Ghibah: "Lihat deh gaya si A pakai baju itu, kayak nenek-nenek pasar, pasti barang diskonan."
- Kritik: "Mungkin next time desain baju bisa lebih variatif ukurannya agar cocok untuk semua tubuh."
- Review produk: "Bahan kaos ini nyaman, tapi warna mudah luntur setelah dicuci. Rekomendasi untuk yang tidak masalah dengan perawatan ekstra."
Intinya, review produk di media sosial harus tetap profesional—fokus pada barang/jasa, bukan menyerang pribadi penjual atau pembeli lain. Sementara ghibah dan kritik lebih berkaitan dengan interaksi antarmanusia, bedanya terletak pada niat dan cara penyampaian.
Ikhtisar
Membedakan ghibah dan kritik bukan sekadar teori, tetapi praktik yang memerlukan kesadaran dan kedewasaan. Selalu evaluasi niat sebelum membicarakan orang lain. Jika tujuannya positif, sampaikan dengan cara yang menghargai. Jika tidak, lebih baik diam.Dengan begitu, kita bisa menjaga harmonisasi hubungan sosial sekaligus menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas setiap ucapan.